Abad Pencitraan (Analisa Warung Kopi)
Posted by
Seseorang yang selalu update dengan dirinya dalam media
sosial atau pun media daring/online, adalah orang yang masih kurang percaya
diri, karena membutuhkan pengakuan orang lain melalui media tersebut.
Ungkapan ini bisa dibantah atau pun bisa diterima (meski
kadang aku sendiri demikian), karena memang saat ini sudah memasuki abad
demikian, dan secara metode pencarian kebenaran, menilai seseorang melalui
media sosial atau daring juga tidak salah.
Dalam ilmu logika, ada dua metode pencarian kebenaran, yakni
deduktif dan induktif, yang artinya melalui pandangan umum yang terlihat
kemudian mengambil kesimpulan, dan kedua kebalikannya melalui atau mengambil
yang khusus yang sering dilakukan lalu mengambil kesimpulan.
Tentunya kesimpulan yang didapat dari pencarian dua
medote kebenaran ini bersfiat subyektif, sebab tidak ada kebenaran yang memang
benar, karena kebenaran itu berdiri sendiri.
Namun, rumus tersebut bisa dijadikan satu pedoman diri
agar tidak selalu “mengandalkan orang lain” dalam menilai atau memandang obyek
baru dalam ilmu pengetahuan termasuk di abad pencitraan ini.
Abad pencitraan akan melahirkan pemimpin yang secara
kualitas tidak mempunyai isi atau subtansi yang jelas, karena mereka sendiri
terbentuk dan lahir melalui mekanisme instan, sehingga tidak memliki daya tahan
tubuh yang kuat.
Dunia instan, dalam kapasitasnya timbul atau muncul melalui
cara-cara yang mudah, sehingga kepemimpinan tidak akan mampu bertanggung jawab
dalam menghadapi kenyataan.
Sebab, dua kosa kata yakni kemudahan dan kenyataan adalah
sebuah idiom yang kontradiktif, karena kenyataan membutuhkan tanggungjawab,
sementara kemudahan lahir tanpa melalui proses panjang dalam diri.
Tapi itulah yang terjadi, bisa juga kesimpulan yang saya buat
dalam tulisan ini salah, karena saya membuat tulisan ini hanya berdasarkan
analisa “warung kopi” yang mengutak atik kemudian menggabungkan menjadi ilmu
pengetahuan berfikir. - Wallahua’lam Bissowab_
0 komentar:
Posting Komentar