RSS Feed

Festival Film Indonesia 2009 di Kota Batu Yang Terasa Sunyi

Posted by Maliq Abd foto


Pagelaran Festival Film Indonesia (FFI) Tahun 2009 yang dilaksanakan di Kota Batu, Jawa Timur, memang telah berakhir Minggu (6/12) lalu. Namun, hingga kini pelaksanaan ajang perfilman nasional terbesar di Indonesia ini terus menuai kecaman dan kontroversi.

Mulai dari panitia yang sengaja melibatkan faktor “mistik” dalam pelaksanaanya dengan mendatangkan “pawang hujan” (ahli menolak hujan), hingga keluhan dari gabungan Perkumpulan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu, yang menganggap kedatangan sejumlah artis ibukota ke "Kota Apel” itu tidak berdampak sama sekali pada okupansi (tingkat hunia) ke hotel dan restauran di sana.

Tidak heran, bila berbagai kalangan masyarakat di Jatim bila ditanya FFI di Batu, pada umumnya mengatakan "tidak tahu!" atau "ah masa sih!" atau "lko emang ada apa di Batu".

Itu semua karena tidak adanya promosi sama sekali terkait pelaksanaan FFI 2009 di kota wisata berhawa sejuk tersebut, sehingga jadilah wajar bila FFI Tahun 2009 menjadi sunyi. Jauh dari hinggar bingar "pesta" para selebritis yang biasanya bergema dan terkesan meriah.



Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu, Heru Soeprapto mengatakan, perhelatan FFI hanya menguntungkan beberapa kelompok saja. "Even FFI yang digelar 5-6 Desember lalu itu tidak mampu mengundang wisatawan dari luar Batu untuk datang. Malah acara itu, hanya menguntungkan beberapa hotel saja," ujar Heru, Senin (7/12).

Ini semua akibat tidak ada promosi secuil pun yang dilakukan panitia maupun Pemkot Batu.

Heru menjelaskan, di Kota Batu, terdapat 67 hotel dan 10 restauran. Tujuh di antaranya, adalah hotel berbintang, sedangkan 50 lainnya adalah hotel kelas standar atau sekelas melati.

Dari sekian banyak hotel dan restauran itu, hanya segelintir hotel saja yang merasakan imbas secara langsung kegiatan itu. "Yang mendapatkan keuntungan, hanya tiga hotel berbintang saja yang digunakan menginap rombongan peserta FFI, yakni Klub Bunga, Agrokusuma Hotel, dan Royal Orchid Garden Hotel," katanya mengungkapkan.

Seharusnya, Pemkot Batu membuat perencanaan yang lebih jelas dan terkoordinasi dengan berbagai pihak. Terutama, dengan kalangan para pelaku industri pariwisata dan media massa. Sehingga, bisa saling menguntungkan. "Artinya, dengan perencanaan yang baik maka akan membawa 'multi player effec' yang bagus bagi masyarakat Batu dan kalangan pengusaha hotel pada umumnya," ujarnya.

Heru menganggap, promosi kegiatan FFI dinilai sangat minimalis. Meski Kota Apel ini menjadi tuan rumah pelaksanaan FFI 2009, namun promosi yang terkait kegiatan tersebut, nisbi minim. Akibatnya, gaungnya tidak banyak terdengar.

Sejumlah masyarakat pun mengetahui kegiatan itu dari siaran TV saja. Sehingga, rangkaian puncak FFI yang berlangsung selama dua hari dengan parade budaya dan artis, tidak banyak menyedot perhatian besar wisatawan dari luar Kota Batu maupun mengangkat ekonomi masyarakat kecil.

"Para penonton FFI mayoritas adalah warga lokal Malang Raya. Sehingga, tidak berpengaruh signifikan terhadap okupansi hotel kecil serta perekonomian masyarakat," tuturnya.

Salah satu tokoh masyakarat Kota Batu, Syaifuddin yang akrab disapa "Gus Udin", juga mengkritisi kegiatan FFI ini.

Ia menganggap, kegiatan ini tidak mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. Terlihat dari rangkaian agenda panitia selama dua hari (5-6/12) yang sama sekali tidak mempunyai kegiatan menyentuh lingkungan. Padahal, Kota Batu merupakan kawasan alam serta lingkungan yang perlu dilindungi.

Gus Udin, yang dikenal mempunyai kepedulian terhadap lingkungan Kota Sejuk itu menyayangkan upaya panitia FFI yang juga sengaja mendatangkan 10 pawang hujan. Sebab, jika tidak ada hujan bisa berdampak pada kurangnya air di sejumlah kawasan, sehingga berakibat kerusakan lahan pertanian di kawasan tersebut.

"FFI tidak mengikutkan suatu acara yang peduli terhadap lingkungan, malah mendatangkan pawang hujan, sehingga hal itu sangat tidak masuk akal," kata pria yang pernah menolak penghargaan "lingkungan" dari pemerintah pusat ini.

Menurut Gus Udin, Kota Batu belumlah siap menjadi objek wisata besar-besaran, seperti kegiatan FFI ini. "Belum waktunya Kota Batu menjadi objek wisata secara besar-besaran, sebab faktor lingkungan belum disentuh secara maksimal," ujarnya.

Kritik serupa, juga datang dari Anggota DPRD Kota Batu, Punjul Santoso. Ia menganggap, kegiatan FFI tidak sebanding dengan anggaran yang dikeluarkan, yakni sebesar Rp2 miliar dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Batu.

"Saya kira acara itu seperti apa, ternyata hanya promosi salah satu tempat wisata saja. Bahkan setahu saya, para peserta festival bunga yang melibatkan pelajar sekota Batu itu murni dari anggaran sekolah mereka sendiri, tidak ada bantuan dari pemkot," katanya menyesalkan dengan anggaran sebesar itu.

Untuk itu, DPRD akan meminta penjelasan kepada Pemkot Batu mengenai uang sebesar Rp2 miliar dipergunakan untuk apa saja. "Kami hanya ingin tahu aliran dana itu kemana saja, jangan-jangan uang APBD hanya untuk pesta yang menguntungkan kelompok tertentu," katanya menegaskan.

Jangka panjang

Menanggapai sejumlah kritikan mengenai pelaksanaan FFI, Ketua Panitia FFI yang sekaligus sebagai Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batu, Samsul Huda, mengatakan bahwa sejumlah tokoh masyarakat dan kalangan pengusaha itu kurang mengerti dengan tujuan pelaksanaan FFI di Kota Batu.

Tujuan digelarnya FFI di Kota Batu, adalah secara jangka panjang, dan bukan acara sesaat. "Mereka semua, seperti para artis yang datang dari Jakarta bisa datang kembali ke kota ini, sebab kita memberikan pelayanan dan mengerti bahwa Kota Batu bukanlah sebagai tempat wisata alam yang bisa dinikmati pada siang hari saja, melainkan malam hari juga, seperti adanya 'Batu Night Spektakuler',” ucapnya berkilah.

Sementara, terkait sedikitnya jumlah wisatawan dari luar Malang Raya yang datang ke kegiatan FFI, Samsul dengan tegas menolak, sebab berdasarkan data saat gelar budaya yang dilaksankan di Lapangan Desa Sumberejo, menyebutkan jumlah penontonya mencapai 500 orang. "Ini berarti banyak sekali yang datang menikmati kegiatan ini," katanya berkilah.

Ia menganggap, secara tidak langsung jumlah wisatwan di Kota Batu mengalami peningkatan. Data Disbudpar Batu menyebutkan, kunjungan wisatawan ke Kota yang bersimbol "Apel" itu mengalami peningkatan, bahkan melebihi target yang diharapkan pemkot.

Pada tahun 2008, kunjungan wisatawan ke Kota Batu mencapai 1 juta orang, sedangkan hingga pertengahan bulan Desember 2009, sudah menjadi 2,5 juta wisatawan. "Hal ini diperkirakan bisa mencapai 3,5 juta orang hingga akhir Desember nanti, sebab kami belum mengadakan perhitungan kembali. Ini artinya, melebihi target pemkot yang hanya 2 juta hingga akhir tahun 2009," ucapnya.

Untuk itu, diselenggarakan FFI di Kota Batu memang bertujuan untuk mendongkrak wisatawan dalam jangka panjang.

Sementara mengenai upaya "mistik" dengan mendatangkan pawang hujan pada pagelaran FFI. Dirinya menganggap bahwa itu merupakan salah satu upaya panitia dalam menyukseskan kegiatan itu. "Kita hanya berupaya kegiatan ini sukses tanpa ada halangan apa pun, termasuk hujan," katanya.

Meski menuai sejumlah kritikan dalam pelaksanaanya, kegiatan ini pun tetap berjalan hingga selesai. Dalam pengumuman nominasi, lima film nasional terbaik terpilih, yakni film "Identitas", "Jamila dan Sang Presiden", "Mereka Bilang Saya Monyet", "Perempuan Berkalung Surban", serta "Ruma Maida".

Sejumlah film ini, telah menyisihkan 42 film yang ikut serta dalam FFI 2009.

Selain itu, diumumkan juga lima nominasi pemeran utama pria terbaik, yakni Tio Pakusadewo (dalam film Identitas), Emir Mahiri (Garuda di Dadaku), Reza Rahardian (Emak Ingin Naik Haji), Vino G Bastian (Serigala Terakhir), dan Yama Carlos (Ruma Maida).

Untuk nominasi pemeran utama wanita terbaik, yakni Atiqah Hasiholan (Ruma Maida), Aty Kanser (Emak Ingin Naik Haji), Leony (Identitas), Revalina S Temat (Perempuan Berkalung Surban), dan Titi Sjuman (Mereka Bilang Saya Monyet).

Sedangkan film cerita yang paling banyak masuk nominasi, yakni Ruma Maida. Film ini disutradarai, Teddy Soeriatmadja yang masuk dalam 11 nominasi di antara 13 unggulan. Selain masuk unggulan, film terbaik Ruma Maida juga masuk nominasi penyutradaraan.

0 komentar:

Posting Komentar