RSS Feed

Briptu Norman, Potret Realitas Bangsa

Posted by Maliq Abd


Foto : Repro Google Picture

     Publik di tanah air baru saja “dihebohkan” dengan munculnya Briptu Norman dengan video (You Tube) chaiya-chainya. Norman yang juga salah satu anggota Brigadir Mobil (Brimob) di satuan Polisi Gorontalo itu muncul “bak” artis dadakan seakan melewati seluruh artis senior yang sudah menggeluti dunia keartisan sebelumnya.

     Dalam hitungan bulan, Norman yang sudah kesohor dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah, serta “katanya” telah mendapatkan rumah mewah dari video isengnya, menyatakan mengundurkan diri dan melepas jabatannya sebagai anggota Brimob Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

     Tentunya, mundurnya pria muda dari jajaran kesatuan Brimob ini menjadi bahasan hangat di sejumlah media on-line publik ini, dan komentar pun muncul  pula dari berbagai pengamat serta artis.


     Sementara penulis menilai, mundurnya Norman adalah potret realitas bangsa ini, dimana seorang manusia harus memilih antara jalur “idealisme” atau “kapitalisme” yang akan ditempuhnya.

     Norman adalah salah satu manusia di Bumi Indonesia yang menjadi “korban” sistematis dari sistem besar di Indonesia, bahkan bisa saya katakan Norman adalah korban kecil.

     Norman juga menjadi suatu potret kewajaran manusia dalam hidup di dunia, sebab manusia akan lebih memilih hidup “enak” (gaji tinggi) daripada memaksakan menjadi “Abdi Negara” yang gajinya sedikit dengan resiko besar.

     Sedangkan dibalik Norman, ada sejumlah pejabat yang sebelumnya disumpah tulus menjadi “Abdi Negara” namun kenyataannya lebih parah dengan menjual negaranya sendiri.

      Sementara itu, jika ditelaah secara kritis, Norman bisa saya katakan adalah potret “kegagalan” bangsa dalam membina generasi mudanya, mengapa ?, karena pemuda saat ini lebih memilih hidup dengan gaya “Hedonis” atau dengan bahasa gaulnya “Lebay” daripada menjunjung tinggi idealisme dan kerja keras sebagai anak bangsa.

     Seharusnya, dengan mundurnya Norman dari lingkungan Polri menjadi cambuk bagi negara dalam hal ini pemerintah, untuk lebih memperhatikan pola pendidikan pemuda di masa depan, yakni dengan memberikan materi realistis serta perlindungan.

     Tidak lantas pemerintah hanya mengurus perutnya sendiri, mengamankan partainya dan keluarganya sendiri, atau bahkan menindas bangsa sendiri untuk dijadikan telapak bagi orang-orang asing yang telah meracuni generasi muda melalui berbagai propaganda.

Salam Sumpah Pemuda.

     

0 komentar:

Posting Komentar