RSS Feed

Seragam Putih Merah

Posted by Maliq Abd


Repro Google Picture
     Pagi ini, mentari masih besinar, dan sinarnya seperti yang kurasakan puluhan tahun lalu, saat masih berseragam putih merah.
     Melihat aktivitas yang sama, dengan anak-anak berseragam putih merah diantar menggunakan motor, mobil, sepeda pancal, atau bahkan jalan kaki menuju sekolah mereka.
     Senyum yang tak ternoda anak-anak Sekolah Dasar itu, seperti senyum saat aku masih lugu berseragam yang sama.
     Pengalaman diusir dari sekolah akibat orang tua belum bisa menunasi SPP, adalah pengalaman yang masih membekas ketika itu saat masih berseragam putih merah.
      Tentunya, saat itu saya tidak mengenal siapa kepala dinas pendidikannya, dan siapa pula menteri pendidikan nasionalnya. 
     Sebab, mengenal mereka sama seperti membuat pekerjaan yang sia-sia, karena mereka pun tidak mengenal senyum lugu sebagian putra-putrinya yang berseragam putih merah.
     Mereka hanya sibuk mengurusi birokrasi dan regulasi yang tidak jelas arahnya, tanpa ada hasil kongkret/nyata yang bisa dirasa langsung pada anak berseragam putih merah.
     Seragam putih merah adalah simbol keluguan bangsa, sebab mereka lupa kadang menjadi korban para menteri dan presiden yang juga tersenyum, namun berbau.
     Pada zaman orde baru, ketika si menteri dan presiden hadir di suatu kota atau daerah, seragam putih merah disuruh berdiri berjajar di pinggir jalan untuk menyambut kedatangan mereka. Senyum keluguan seragam putih merah diwajibkan menyambut senyum mereka yang berbau.
     Tidak jelas arah dan maunya,  dan yang pasti menjadi kebanggaan semu saat itu dalam menyambut kedatangan pejabat negara. Namun, di sisi lain putra-putri berseragam putih merah itu tidak pernah bisa merasakan hasil kongkret dari regulasi dan pembangunan yang mereka susun.
     Kini, puluhan tahun berlalu si seragam putih merah itu sudah mengerti apa arti sesungguhnya kehidupan, sehingga tidak perlu berharap pada regulasi yang tidak jelas dan masih sebatas wacana dalam dunia imajinasi saja.
     Ke-idealismean negara sesuai yang  diajarkan saat masih berseragam putih merah, hanyalah khayalan yang belum terwujud hingga si seragam putih merah itu beranjak dewasa.
     Hari ini, mungkin masih ada sebagian si seragam putih merah itu yang merasakan hal sama, di lain tempat, pulau atau di wilayah pegunungan negara ini.
     Bahkan, mungkin ada yang lebih parah lagi, yakni dengan melepas simbol seragam putih merah serta tidak menghiraukan lagi atau putus sekolah, akibat tidak adanya dana pendidikan bagi mereka.
     Seragam putih merah bisa tetap bersegaram putih merah, jika bertemu guru yang bijak serta sikap bijak dari wali murid lainnya yang mempunyai kelebihan. Sehingga, jangan ada kata menyerah dan jangan terjadi lagi pada generasi seragam putih merah selanjutnya.(malikpunya.blogspot.com)
    


1 komentar:

  1. ivan

    menginspirasi

Posting Komentar