RSS Feed

Dan Dunia Pun Menjadi Luas….

Posted by Maliq Abd


Foto : Repro Google Picture

    Kapasitas kita sebagai makhluk hidup, kadang tidak maksimal dalam menerapkan konsep karunia besar yang diberikan oleh’Nya. Manusia sebagai makhluk sempurna yang memiliki pola pikir dan kebebasan di semua dimensi, juga selalu terbelenggu oleh sejumlah dogmatisasi yang telah diciptakan oleh manusia sendiri sebelum kita lahir.

     Pola pikir yang kita bangun sebagai manusia, kadang hanya sebatas berdasarkan apa yang kita kenal sebelumnya, tanpa mencoba berfikir di luar yang kita kenal. Padahal, ketika kita coba mengenal di luar, disitu terdapat sebuah keunikan tersendiri dari makhluk yang bernama manusia, dan kita tidak akan terkungkung dalam satu pola pikir saja.

     Teringat ungkapan budayawan, Emha Ainun Nadjib dalam sebuah pertemuan di Surabaya, yang mengatakan, berfikirlah zig-zag, jangan terpaku pada pola pikiran linier, sebab ketika manusia hanya berifikir linier (lurus), maka manusia akan kurang memanfaatkan potensinya sebagai manusia.


     Sebuah contoh yang pernah saya rasakan di pertengahan tahun 2000. Ketika itu, semua orang condong dengan model rambut lurus, baik laki-laki maupun terlebih perempuan. Simbol rambut lurus ketika itu adalah simbol sebuah kecakapan dan kecantikan, sesuai dengan bintang iklan yang sering ditayangkan di televisi.

     Simbol lain adalah, kulit putih berseri. Saat itu, semua iklan bedak, sabun dan hand-body, serta semua benda yang bisa memutihkan adalah benda yang harus dibeli untuk menuju “kesempurnaan”.

     Dengan dua contoh itu, semua manusia coba diarahkan pada satu pola pikir kesempurnaan, yakni memiliki rambut lurus dan kulit putih, dan kita terjebak serta dibodohi dengan simbol-simbol itu, karena rambut lurus dan kulit putih bukanlah simbol sebenarnya dari kecantikan atau kesempurnaan seorang manusia.

     Terjebaknya kita dengan simbol-simbol itu, membuat kita sebagai manusia selalu terbelenggu oleh sejumlah dogmatisasi yang telah diciptakan oleh manusia itu sendiri, bahkan bisa saja kita berjalan di muka bumi tanpa mempunyai nilai.

     Tanpa sadar, ketika kita mempercayai dua simbol itu sebagai “kebenaran”, sama halnya kita melakukan diskriminasi terhadap manusia yang berambut keriting dan kepada saudara kita yang berkulit hitam di lain pulau dan lain benua.

     Bagi wanita pun demikian, simbol “seksi” yang saat ini muncul adalah wanita itu harus mempunyai body atau bentuk tubuh yang ramping, seperti yang banyak diiklankan oleh sejumlah produk.

     Dengan demikian, terciptalah standardisasi sosial, dan mendiskriminasi wanita yang mempunyai bentuk tubuh gemuk atau lainnya.

     Tentunya, contoh lain pun banyak, yang bisa membuat manusia itu terkungkung dengan terdogmatisasi satu pola pikir saja, tanpa melihat dunia luar yang sesungguhnya sangat luas.

     Pola pikir yang sempit ini, kemudian menciptakan ketidaksempurnaan dan kurangnya rasa syukur kita dalam menjalani hidup sebagai manusia, sehingga kita selalu terkotak dalam satu bingkai pemikiran saja.

     Oleh karena itu, pandanglah dunia seluas pandanganmu, dan jangan membuat strata atau tingkatan dalam kehidupan ini seperti layaknya zaman penjajah dan orang-orang kraton.

     Berfikirlah seluas imaji dan keinginanmu, serta tanamkan kesempurnaan tertinggi itu ada pada rasa syukur itu sendiri, dan bukan pada materi keduniawian.
    
     Dan coba buat pikiranmu menjadi zig-zag agar tidak monoton, dengan tetap menghargai kekurangan orang lain, karena keindahan kehidupan itu ada pada saling menghargai dan kepercayaan dirimu dalam menjalaninya.

Keep Spirit…
(malikpunya.blogpsot.com) 16/10/2011

     

    

0 komentar:

Posting Komentar