RSS Feed

Keyakinan, Sumber Tenaga Manusia

Posted by Maliq Abd

Foto : Repro Google Picture
Ada banyak proses hidup yang dijalani setiap manusia, bahkan tanpa sadar proses itu berjalan dengan sendirinya, hingga saat ini pun kadang kita tak terasa telah menjalani hal itu.

Mungkin bisa menjadi perenungan, bahwa setiap langkah dan proses yang dijalani selalu diawali dengan niat. Dan tanpa disadari niat itu menjadi motivasi dan semangat dalam menjalani hidup hingga akhir.

Tidak bisa mengelak, bahwa apa yang kita jalani kini adalah bagian dari upaya dan keyakinan kita terdahulu tentang sesuatu hal, entah hal itu merujuk pada materi atau hanya sekedar target, namun pasti mengarah pada nilai positiv bagi diri kita.

Dari sekian banyak hal, ada satu hal yang menjadi dasar dan sumber tenaga dalam proses berjalannya hidup, yakni keyakinan, meski tanpa disadari kita sendiri tidak tahu dan mengerti bentuk keyakinan itu, namun toh kita tetap menjalaninya.

Dalam satu perbincangan antar teman, ada satu pertanyaan yang membuat saya sedikit tersenyum tentang pertanyaan teman saya. Yakni, kita tidak mengerti bentuk Tuhan dan bagaimana wujudNya, dan kita tidak tahu pula bentuk kongkret yang dilakukan Tuhan terhadap kita, namun mengapa kita harus menjalankan perintahnya?, dan mematuhi segala larangannya?.

Selain itu, mengapa kita terlalu meyakini hal yang tidak kongkret padahal kita sendiri tidak tahu wujudNya?," tanya teman tersebut.

Sedikit menghela nafas, perbincangan kembali dilanjutkan dengan tetap menggunakan pendekatan kritis terhadap keyakinan tentang Tuhan.

Saya sendiri jadi teringat perbincangan seperti ini pernah terjadi pada saat diskusi filsafat ketuhanan di bangku kuliah beberapa tahun yang lalu.

Apa yang menjadi tujuan dasar dari perbincangan itu hanyalah ingin mengubah paradigma (cara pandang) seorang manusia terhadap tuhannya.

Namun apabila seorang insan sudah mempunyai keyakinan, perbincangan itu hanyalah sekedar menambah ilmu dalam berkomunikasi tentang ketuhanan.

Sekali lagi kata kuncinya adalah keyakinan, dan memang secara pribadi saya mengakui puncak ihtiar atau konsistensi seorang manusia terletak pada keyakinan tersebut, bukan hasil yang didapat.

Keyakinan yang dibangun secara konsisten atau bersamaan dengan ihtiar otomatis akan menghasilkan produk yang positif bagi yang meyakininya. Bukan hanya itu, keyakinan juga mampu menjadi motor penggerak tubuh dalam bertindak.

Sementara dalam menanamkan keyakinan perlu didukung pikiran positif, sehingga lingkungan pun akan turut mendukung keyakinan tersebut, dan menghasilkan yang terbaik.
Islam pun memberi rumus dan membagi tingkat keyakinan itu menjadi tiga bagian, seperti tingkat awal bernama yakin, selanjutnya ainulyakin dan tertinggi haqqulyakin.

Jika bisa mengaca, sampai manakah tingkat keyakinan kita ?, sebab tingkat keyakinan juga berpengaruh pada kita saat menjalani proses dan menggapai hasilnya.

Oleh karena itu, mulailah tanamkanlah keyakinan tertinggi pada diri kita, dan keyakinan terindah adalah meyakini apa yang ada dan diterima oleh kita saat ini merupakan yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan kita, sehingga patut disyukuri. 
(14 Sept 2012/Gresik)


0 komentar:

Posting Komentar