RSS Feed

Filosofi Pelangi

Posted by Maliq Abd

Foto : Repro Google Picture
Menulis tentang filosofi pelangi sudah pernah saya lakukan beberapa waktu lalu, namun kembali saya ulang karena cukup menarik dan bisa mengingatkan diri sendiri dalam belajar menghargai sebuah perbedaan yang terjadi.

Keindahan pelangi bisa dilihat karena adanya saling menghargai satu sama lain di antara banyaknya warna, dan tidak ada warna yang berjalan mendominasi atau merebut posisi warna lain, sehingga tampak berjalan berjajar pada posisinya masing-masing.

Berjalan sejajar, saling menghargai, dan tidak mendominasi atau ego dengan warna diri, itulah yang kita lihat dalam pelangi yang memancar setelah hujan turun, sehingga setiap kali melihat perbedaan, saya selalu merujuk pada filosofi pelangi, Subhanallah.. 

Perbedaan itu tercipta bukanlah untuk dimusuhi, dan itu ada karena manusia memang tercipta tidak sama, lurus, kaku dan copy paste. Dan di setiap perbedaan selalu ada ladang amal atau ilmu pengetahuan bagi manusia yang memahaminya.

Selama perbedaan yang ada itu bisa menghargai dan tidak mencoba merusak warna lainnya, atau berjalan sesuai jalan warnanya dan tidak pula mengambil jalan warnai lain, maka perbedaan itu adalah sebuah karomah.

Perbedaan bisa menimbulkan masalah jika dia sudah mencoba mendominasi semua warna dengan warnanya, dan mengambil jalan warna lain untuk ditempatinya, sehingga berakibat tidak terciptanya sebuah pelangi karena yang terlihat hanya satu warna.

Sikap, karakter, dan pola pikir manusia tercipta dari lingkungannya, selain itu juga terbentuk dari pembelajaran para orang tua yang sejak awal menanamkan pemikirannya kepada sang anak, sehingga ketika dewasa sang anak sedikit banyak anak mengambil apa yang telah ditanamkan. Pembelajaran itu bisa dilakukan sang anak melalui sikap sehari-hari orang tua atau orang-orang disekitarnya, dan sang anak akan condong menyimpulkan apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya.

Pepatah arab mengatakan, jika dirimu bergaul dengan penjual minyak wangi, maka sedikit banyak akan tertular bau wanginya, begitu juga sebaliknya jika kita bergaul dengan tukang las, maka bisa tertular asapnya. Sikap menghargai perbedaan pun demikian, ada yang mampu menghargai satu sama lain layaknya filosofi pelangi, namun ada pula yang tidak.

Sehingga pola menghargai perbedaan itu juga tergantung dari orang bersangkutan, dan bagaimana dia bersikap terhadap lingkungan yang ada.

Tingkatan seseorang dalam menghargai ini timbul dari pedewasaan pola pikir orang bersangkutan, dan kedewasaan ilmu pengetahuan yang dimiliki orang bersangkutan, bisa diukur dari caranya menghargai perbedaan, ada yang emosinya masih labil, ada yang cuek serta ada pula yang mampu memahami.

Itulah keindahan dari yang namanya manusia, dia tercipta paling sempurna dari sekian makhluk yang ada di jagat raya, dia juga tercipta langsung mendapatkan tugas tertinggi tanpa melalui proses pilkada serta cara-cara demokrasi yang ada.

Otoritas tertinggi dari seluruh alam langsung menunjuk manusia menjadi khalifah atau pemimpin di jagat raya ini, dan DIA juga sudah mencontohkan kempimpinan paling ideal di dunia ini melalui rasulnya.

Sehingga, manusia lainnya bisa mencontoh bentuk ideal kepemimpinan, yakni khalifah yang mampu menghargai perbedaan layaknya pelangi...(*)

(Salammualaikan Ya Rasulullah Muhammad S.A.W), Malang, 30 Sept 2012

0 komentar:

Posting Komentar