RSS Feed

Syndrome Takut Bangsa Sendiri

Posted by Maliq Abd

Foto : Repro Google Picture
Kecendrungan manusia Indonesia kekinian adalah takut terhadap fisiknya sendiri dan selalu diselimuti curiga kepada saudara sebangsanya ketika memegang amanah.

Rasa takut, khawatir dan tidak percaya terhadap bangsanya sengaja dipupuk subur hingga kini, dan kita juga tidak sadar mengajarkan ketakutan itu kepada anak-anak kita atau generasi selanjutnya.

Contoh kecil di masyarakat, banyak iklan layanan publik yang menganjurkan supaya kita tidak menerima pemberian dari orang tidak dikenal, dan jangan menyapa kepada orang yang tidak dikenal serta mengasih apa-apa kepada orang yang tidak dikenal.
Pemupukan sifat “penolakan” itu jelas ditujukan kepada bangsa sendiri, karena arti kata “orang tidak dikenal” selalu sasarannya dari jenis dan kulit bangsa sendiri, sebab secara umum kalau bukan dari bangsa sendiri kencendrungan orang Indonesia akan menyebut “orang asing”, yang dalam gambarannya selalu berkulit putih, tinggi, gagah, dan tutur bahasa yang digunakan berasal dari luar negeri.

Adanya gerakan untuk tidak percaya bangsa sendiri ini mengingatkanku pada ungkapan presiden pertama republik, Soekarno yang berkata, tugasku lebih mudah karena mengusir penjajah, sementara tugasmu akan lebih sulit karena menghadapi bangsamu sendiri.

Dengan ungkapan itu, seolah sang proklamator sudah mengetahui strategi asing untuk terus menguasai sumber daya alam di negeri ini dengan mengadu domba bangsa sendiri, karena strategi itu dikenal jitu hingga Belanda mampu menguasai nusantara selama 350 tahun.

Memang, dunia luar mengakui jika nusantara ini sangat kaya raya, bahkan seorang sahabat pernah bertemu dengan orang Korea dan mengatakan bila dirinya (orang korea tersebut) ingin menghabiskan masa tuanya dan mati di Indonesia, karena kagum dengan kekayaan alamnya.

Diakui, tidak mudah untuk mengobati "syndrome" ketakutan terhadap bangsa sendiri, karena itu sengaja diciptakan orang asing agar antar bangsa sendiri tidak saling percaya agar terus bertarung, hingga akhirnya terpecah akibat ego masing-masing.

Padahal, pendiri bangsa sebelumnya juga sudah menyiapkan “ant-virus” nya, namun perlahan-lahan asing juga menerapkan sistem lain dengan menggiring opini publik dan mengatakan anti virus itu basi dan kuno, sehingga diperlukan yang terbaru, dan kebanyakan kita pun tergiring.

Anti virus itu adalah filosofi “Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda tetapi satu jua. Namun, kebanyakan kita kini disibukan dengan opini yang mereka buat dalam media, dan mengarahkan pada gaya hidup yang modern dengan perlahan-lahan menghilangkan sikap akar bangsa yang dikenal ramah, mudah silaturahmi dan santun.

“Akankan kita tergiring terus dalam opini mereka ?.. “Sementara mereka terus menghisap sumber daya alam, dan tanpa sadar kita ini dibodohi..!!

Mulailah berfikir positif terhadap anak bangsa, dan doronglah setiap kreatifitas “asli” negeri ini, selama tidak ada upaya atau gerakan menjual sumber alam kepada pihak asing.. (malikpunya.blogspot.com)

0 komentar:

Posting Komentar