RSS Feed

Mencari Berkah...

Posted by Maliq Abd

Tangga Jalan Menuju Padepokan Sunan Giri, Gresik  
Kedatanganku bersama seorang rekan ke padepokan Gus Jai yang wilayahnya cukup jauh dengan wilayahku bertujuan hanya satu, yakni "Ngaji"..

Bisa diartikan "ngajeni awak" atau memberi siraman rohani kepada badan, atau bisa juga diartikan lain, sesuai tingkat keilmuan seseorang.

Jauhnya, kira-kira 25 kilometer lebih, dan saya bersama rekan itu juga belum tahu pasti apakah Gus Jai saat itu berada di lokasi padepokan atau tidak, sebab gus yang satu ini merupakan orang sibuk yang selalu berangkat ke luar daerah.

Maksut hati ingin memberi solusi kepada rekanku dengan cara meminta telepon atau mengirim pesan dulu kepada gus jai, bahwa kita sedang berangkat menuju ke padepokannya, agar kedatangan kita berdua tidak sia-sia, sebab lokasinya harus naik dan turun bukit.
Saran itu pun ditolak, dengan alasan yang cukup menarik, karena bila menggunakan logika berfikir modern alasan itu tidak logis, sebab gus jai juga bukan orang yang "gaptek" atau gagap teknologi, karena dia juga memegang gawai.

Menurut rekanku, tidak pantas seorang murid atau yang tingkatannya lebih rendah dari beliau menelpon atau mengirim pesan mengenai kedatangan kita, karena klu demikian, sama halnya kita kurang menghargai keilmuan beliau.

Kalau menelpon atau mengirim sms, sama halnya kita menganggap gus jai seorang teman yang secara tingkatan spiritual sama dengan kita-kita.

Ada gelombang sinergi yang tidak bisa dilihat apabila kita mendatangi seorang dengan niat baik, begitu pula bila kita mendatangi seorang dengan niat buruk.

Gelombang itu bisa dirasakan oleh orang yang akan kita tuju, yang kekuatannya melebihi keberadaan teknologi terkini seperti gawai atau smartphone.

Gelombang itulah sebagai alasan rekan saya agar tidak perlu menelpon atau mengirim pesan kepada seseorang yang akan kita tuju, meski dalam posisi ini fungsi teknologi itu hanyalah bersifat membantu, bukan menjadi yang utama.

Karena, keutamaan seseorang mendatangi orang lain atau yang lebih tinggi itu dinilai dari niat ikhlasnya, sebab keberadaan niat itu jauh melebihi fungsi teknologi.

Terkait kekecewaan apabila yang kita tuju itu tidak tercapai atau tidak membuahkan hasil, itu persoalan lain, sebab jika masih ada unsur "kekecewaan" sama halnya kita belum mempunyai niat ikhlas, dan perlu belajar penataan hati.

Dalam lingkup kehidupan nyata, hal demikian memang jarang diajarkan, sebab kebanyakan apa yang menjadi tujuan manusia selalu tercapai dengan bantuan-bantuan teknologi canggih yang ada.

Kita sering lupa, akan inti dari niat berjalan dan menuju tujuan yang kita dambakan, sebab kebanyakan orang sudah berfikir hasil terlebih dahulu, dan seolah-olah hasil itu bisa dicapai dengan mudah dan instan, apalagi dengan bantuan teknologi canggih saat ini.

Bukan, sekali lagi bukan itu inti dari tujuan kita berjalan atau menuju tujuan yang kita dambakan, sebab inti berharga dari kita berjalan dan menuju tujuan adalah "prosesnya", dan mengenai hasil itu adalah imbas atau efek dari proses tersebut.

Menikmati proses itu lebih menyenangkan, namun banyak yang melupakan atau bahkan tidak tahu, sebab semua sudah tertuju pada bagaimana bisa menikmati hasil yang sifatnya sementara dan sekejap.

Sehingga, kita sering merasa kecewa, marah, benci atau dendam ketika kita tidak mencapai hasil, padahal hasil adalah kamuflase hiburan sementara kehidupan, karena setelah itu kita kembali lagi berproses dan berproses..

Tanpa disadari, kita berdua pun tidak bisa bertemu gus jai, dan apa yang menjadi tujuan kita berdua tidak tercapai, karena gus jai sedang berada di luar kota, ketika kita sampai di padepokan beilau.

Salam Takzim.

0 komentar:

Posting Komentar