RSS Feed

Realitas Teknik Slow Speed

Posted by Maliq Abd

Masjid Namira, Kab Lamongan, Jatim. Foto : A Malik Ibrahim

Bagi anda penggemar fotografi mungkin tidak asing mendengar teknik slow speed (SS) atau memotret dengan cara menggunakan shutter speed, dimana hasilnya akan tampak dinamis dan indah dengan bayang-bayang yang membentuk pola tertentu.

Dalam kehidupan nyata, teknik ini ternyata sudah dikenal sejak dulu oleh para leluhur kita, namun tidak digunakan pada alat (kamera), melainkan pada diri sendiri atau tubuh manusia.



Topo broto atau bertapa, adalah salah satu contohnya. Pola dan tekniknya sama, mereka (orang yang bertapa) melakukan perlambatan alam dan lingkungannya pada dirinya, sehingga orang bersangkutan mampu menghasilkan pola tersendiri dalam pikirannya.

Sebagai contoh ringan, pernahkan anda pada malam hari sebelum tidur namun mata ini belum mengantuk, dan anda berdiam sejenak serta memandang lingkungan sekitar dalam kondisi gelap atau sedikit gelap.

Suara detik jam akan terdengar berjalan perlahan-lahan di telinga anda, bahkan suara desah nafas sendiri atau jatuhnya tetesan air di kamar mandi pun terdengar begitu jelas. Hal yang jarang bisa ditemui di siang hari karena banyaknya suara noice.

Malam itu pikiran anda melakukan teknik SS, dimana mencoba memperlambat ruang waktu sehingga telinga begitu peka. Dan apabila bisa diperedalam dan terus diasah, bukan tidak mungkin anda akan mendengar suara langkah semut.

Teknik ini bisa diasah, dan apabila terus diselami dengan menemukan pola-pola baru, bukan tidak mungkin anda akan bisa mendengar suara yang jauh dari jangkauan anda, dan mengetahui yang akan terjadi dan merasakan apa yang terjadi di kejauhan.

Inilah yang dinamakan memanfaatkan potensi kepekaan manusia. Dan salah satu karunia ciptaaNya yang sering dimanfaatkan orang-orang terdahulu.

Mungkin anda meragukan dengan apa yang saya tulis dan jabarkan ini, namun bukan tujuan saya meminta percaya dengan sedikit catatan ini.

Saya hanya mengajak dan memberi kesadaran, bahwa penciptaan manusia dilakukan sangat sempurna dan rumit. Manusia memiliki banyak potensi yang belum diketahui oleh manusia itu sendiri.

Namun sebagian manusia itu sendiri merendahkannya dan membuat standardisasi dirinya senilai materi yang ada.

Bahkan, sungguh terlalu ada yang menyebut nilai Rp80 juta untuk seorang manusia itu sangat mahal..hehehehe, padahal itu sangat murah banget, dan manusia itu tidak ternilai oleh berapa pun materi di dunia....-Salam Takdim-

0 komentar:

Posting Komentar