RSS Feed

Bom Pesawat Tempur AS-Rusia itu dari Malang

Posted by Maliq Abd

Republik ini sebenarnya bisa berbangga diri memasuki Hari Ulang Tahunya (HUT) Kemerdekaan ke- 65, pasalnya dalam penguasaan teknologi canggih tidak kalah dengan negara maju sekalipun.

Terbukti, salah satu komponen vital dalam pesawat tempur jenis F5 Tiger buatan AS serta pesawat tempur jenis Sukoi SU-27 SK buatan Rusia, yakni bomnya, ternyata mampu dipasok anak bangsa dari Kota Malang, Jawa Timur.

Dia adalah Ricky Hendrik Egam, bersama perusahaanya PT Sari Bahari, ia mampu memproduksi unit Bomb P 100 serta Rocket Cal 2.75 (75mm) yang biasa digunakan untuk pesawat tempur jenis Sukoi SU-27 SK dan jenis F5 Tiger.


Awal karier Ricky yang juga merupakan anak seorang purnawirawan ini, dimulai tahun 1993. Ketika itu, Ricky kecil sering diajak ayahnya melihat pesawat tempur. Dari situlah dirinya terinspirasi membuat bom pesawat tempur.

"Saya memang sejak kecil suka pesawat tempur dan peralatan militer, sehingga sejumlah nama senjata dan jenis pesawat tempur saya hafal, ini karena ayah yang sering mengajak saya melihat pesawat tempur," ucap Ricky mengenang.

Sejak awal memulai karier dibidang industri alutsista atau persenjataan, memang muncul keraguan dalam benak lulusan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang tahun 1985 itu, sebab industri ini terkait dengan keamanan negara yang bersifat rahasia, selain itu, pangsa pasar yang dibidik juga terbatas.

Meski demikian, kecintaanya pada senjata dan pesawat tempur tidak membuat niatnya surut dalam membangun sebuah industri berskala kecil yang memproduksi bom.

Kemudian, Ricky mengaplikasikan niatnya itu dengan menyewa dua bengkel teknik di Jalan Muharto, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang sebagai tempat produksi bom.

Bengkel itu, disewa Ricky dari seorang pengusaha lokal sejak 2007. Sebelumnya, bengkel itu digunakan untuk membuat knalpot motor, reparasi mesin industri, serta pembuatan suku cadang bus.

Bahkan, warga setempat hingga kini hanya mengenal sebagai bengkel berbendera Raja Knalpot, padahal didalam bengkel tersebut dibuat persenjataan pesawat tempur Sukhoi.

Pria tambum kelahiran Surabaya 50 tahun lalu itu, memang sebelumnya pada awal tahun 1987 oleh salah seorang kenalannya, diajak mendaftar menjadi rekanan PT Pindad di Turen, Malang.

Tugas yang pertama yakni memasok barang yang terkait dengan peluru, persenjataan, atau peralatan teknik. Aktivitas seperti itu, dilakoni selama lebih dari lima tahun.
Selama menjadi rekanan Pindad, akhirnya Ricky terbiasa berhubungan dengan tenaga ahli dari perusahaan luar negeri yang membantu di Pindad tersebut.


Ricky menjelaskan, perusahaan luar negeri itu bertugas memasok “spare part” atau suku cadang mesin-mesin milik Pindad, sebab sebagian besar mesin Pindad harus diimpor.

Harus produksi sendiri
Dari situlah timbul keinginan menjadi importer bagi Pindad, dan ketika itulah dirinya menyadari bahwa persenjataan di dalam negeri harus mulai diproduksi. Sebab, semua potensi bahan dan kemampuan ada dan persenjataan itu tidak harus selalu diimpor.

Ricky menjelaskan, manfaat apabila Indonesia mampu memproduksi sendiri alutsista, maka negara lain tidak akan mengetahui kapasitas produksinya, dan ini sangat bermanfaat, sebab negara lain tidak mengetahui kekuatan militer bangsa ini.

Selain itu, Indonesia tidak akan ketergantungan lagi dengan negara lain dalam permasalahan senjata, dan biaya yang dikeluarkannya pun relatif murah.

Dari ide tersebut, akhirnya tertuang pada tahun 1993 dengan membuat "casing" (tempat) sejumlah bom yang kemudian bekerja sama dengan Pindad sebagai pengisi bahan peledaknya.

"Kami dibengkel ini, hanya membuat casingnya bom, setelah itu kita bawa ke Pindad yang berada di Turen, Kabupaten Malang. Dari situlah poses 'finishing' (akhir) bom Sukoi dan Tiger dibuat, dan bagi masyarakat disekitar bengkel juga tidak berbahaya dengan keberadaan bengkel di sini," ujar Ricky yang ketika itu mendapat kunjungan dari Menteri Pertahanan (Menhan).

Sementara itu, Menhan, Purnomo Yusgiantoro, dalam kunjungannya ke tempat Ricky, Selasa (13/7) mengatakan, keberadaan industri alutsista sangat membantu pemerintah, sebab Indonesia tidak akan ketergantungan dengan luar negeri dalam hal permasalahan alutsista. 



Untuk itu, pemerintah akan terus mendorong munculnya industri kecil di bidang persenjataan ini.

"Pemerintah akan mendorong, salah satunya dengan mempermudah sertivikasi produksi senjata, sebab hal itu masih dikeluhkan oleh sebagian pengusaha yang bergerak dibidang ini," ucapnya.

Sedangkan alutsista yang telah mampu diproduksi oleh Ricky bersama perusahaanya dan sempat mendapat pesanan pihak luar negeri salah satunya Malaysia, yakni Bom P 100-120 jenis Practice dan Live, Warhead Practice Cal 2.75, Container Motor Rocket Cal 2.75, Mounting Stand Gun For Cal 5.56-12.7 mm serta Folding Fin Rocket Cal 2.75.

Keseluruhan jenis bom ini, telah lulus uji bersertifikat Dislitbangau dan Dislitbangjau TNI AU.

Sementara itu, produksi Ricky ini, saat ini selain mampu sedikit memenuhi kebutuhan alutsista nasional juga telah diekspor ke sejumlah negara yang memesannya.



http://antarajatim.com/lihat/berita/40407/bom-pesawat-tempur-as-rusia-dari-malang

0 komentar:

Posting Komentar