RSS Feed

#Belajar Dari Ulat Bulu

Posted by Maliq Abd


Dalam beberapa pekan ini (April 2011), sejumlah media ramai memberitakan mengenai wabah ulat bulu yang “menyerang” sejumlah daerah, mulai dari Probolinggo, Jawa Timur, hingga daerah di wilayah Sumatera. Seolah-olah ulat bulu’lah yang menjadi tersangka’nya dalam pekan ini.
Dalam tulisan ini, saya bukan menuduh sejumlah media terlalu berlebihan dalam mengekspose adanya ulat bulu seolah-olah dan menjadi wabah nasional, namun adanya satu atau dua jenis ulat di pohon milik warga adalah sangat wajar, tapi memang lagi musim’nya media “jualan” ulat bulu, maka media menjadi “overprotektif” terhadap isu-isu tersebut.

Sehingga meski ada satu atau dua jenis ulat bulu di pohon warga, menjadi sangat menarik untuk diekspose dan layak ditayangkan, padahal warga sekitar yang melihat adanya ulat bulu itu sudah sering menjumpainya setiap tahun. Jadi itulah media, yang biasa bisa menjadi “sangat luar biasa”.
Media yang mempunyai sifat membangun opini publik, kadang hanya menonjolkan sisi kelayakan tayangan, namun tidak diimbangi dengan pengetahuan atau fungsi “education” (pendidikannya) kepada masyarakat, sehingga rumus “bad news is good news” menjadi andalan utamanya, kemudian keburukan yang lebih ditonjolkan dari pada pendidikannya.
--------------------------------------
Kembali ke pembahasan mengenai ulat bulu.
Dalam sebuah perbincangan menarik dengan pengamat hama dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Dr Ir Totok Himawan menyebutkan, menyebarnya ulat bulu secara besar-besar itu akibat musuh alami ulat yakni sejenis predator bernama "Braconid" dan "Apanteles" tidak mampu bertahan hidup, hal ini akibat cuaca hujan yang terus-terusan terjadi.
Sehingga musuh alami itu tidak bisa lagi mengontrol populasi ulat bulu yang semakin banyak, dan mengakibatkan ulat itu berkembangbiak secara cepat dan menyebar ke lingkungan penduduk.
-------------------------------------
Namun perlu diketahui, berkembangnya ulat bulu secara besar-besaran itu bagi saya adalah sebuah keberhasilan si ulat yang lolos dari mata rantai kehidupannya yang sangat kejam.
Ketika ulat saat masih menjadi telur, musuh alaminya yakni predator selalu memberikan parasit pada si ulat, dan seolah-olah meminta si ulat agar tidak hidup, sehingga dari ribuan telur hanya beberapa telur yang lolos dari parasit predator dan bisa menjadi ulat.
Sehingga, ketika mereka (si ulat) secara bersama-sama (ribuan - jutaan) lolos dari mata rantai kehidupan yang kejam itu, patut dirayakan oleh Republik Ulat (jika si ulat mempunyai negara), mengingat musuh alami mereka (predator) telah kalah dengan bantuan alam.
Meski demikian, si ulat tidak lantas bisa berbangga diri dengan lolosnya jutaan kawan mereka dari mata rantai kehidupan itu, sebab ada manusia yang akan menghalangi mereka berpesta dan merayakan keberhasilan.
Hal itulah yang terjadi dalam setiap kehidupan, yakni apapun yang berlebihan tidak akan baik dan abadi, sebab pasti ada “pengontrol” kehidupan untuk menjaga “Sunnatullah” (hukum alam) agar  siklus kelhidupan tetap berjalan dengan baik, serta keseimbangan alam tetap terjaga.
Dan hal ini pula bisa terjadi pada setiap kehidupan manusia itu sendiri… -Sungguh sebuah pelajaran dari ulat bulu-
(1 Mei 2011.08.30)

0 komentar:

Posting Komentar