RSS Feed

#Ta'aruf dan Salah Kaprah

Posted by Maliq Abd

“Pernah seorang temen bertanya mengenai makna/arti dari kata ta’aruf.
“Aq balik bertanya, mengapa menanyakan hal itu..??,

“Usut punya usut dia ternyata habis nonton film “ayat-ayat cinta” yang populer itu, dan dia menganggap kata “ta’aruf” begitu sakral dipendengarannya.

Kata “ta’aruf” menurutnya, digunakan apabila seorang muda-mudi yang akan serius melanjutkan ke jenjang pernikahan, maka perlu ta’aruf terlebih dahulu.
 
“He.he.he “aq tersenyum mendengar penjelasan dia, yang begitu banget mensakralkan kata “ta’aruf”.
“Disadari atau tidak, pengaruh media seperti halnya film atau sinetron, telah mengkotak-mengkotak’an pemikiran pemuda bangsa ini, sehingga kreativitas pemuda zaman sekarang kayaknya sudah g’ ada.


 Pola pendekatan satu arah yang digunakan kebanyakkan pemuda telah mematikkan unsur kreativitas dari pemuda itu sendiri. Sehingga media yang menggunakan pola komunikasi massa satu arah tanpa ada "feed back" ini, dengan mudahnya mematikkan pikiran-pikiran kreative pemuda.

“Memang, perlu disadari kebanyakkan produk media dari bangsa ini selalu menggunakan metode memberi atau istilah jawanya “ngecoki” dan terlihat memaksakan ide dari si pembuat produk, tanpa ada sedikitpun celah atau memberi ruang kritis dan bertanya kepada si penonton. Hal ini mengakibatkan, sikap kritis pemuda saat ini hilang dan hanya menerima kemudian melaksanakan, tanpa mengetahui dasar dari apa yang ia dikerjakan.

Seandainya, produk media yang ada di nusantara ini mampu memberi ruang kritis dan bertanya, saya menjamin bangsa ini akan mampu menciptakan sikap pemuda yang kritis dengan pekembangan zaman, dan tidak gampang di bodohi bangsa lain.
—————–

“Kembali ke ta’aruf, kata “ta’aruf” berasal dari bahasa arab, asal mula dari kata ya’rifu, artinya perkenalan.
Secara umum, kata ta’aruf digunakan apabila kita bertemu dengan seorang teman dan ingin menjalin hubungan lebih dekat. Tidak terkotak hanya pada lawan jenis dan pada saat menjalin hubungan ke jenjang pernikahan saja. “Ta’aruf, bisa digunakan untuk semua orang dan segala aktifitas. Tidak ada yang sakral dalam kata ta’aruf seperti kata-kata lainya.
————————

“Lain ta’aruf lain pula makna jilbab. “Seorang sahabat pernah berkeluh kesah tentang banyaknya wanita yang memakai pakaian muslim namun antara pakaian, sikap dan perbuatan sudah tidak sejalan.

Sahabat saya bilang, “Saya muak melihat banyaknya wanita yang memakai jilbab namun perbuatannya melanggar agama, jilbab dijadikan sebagai kedok untuk bergaya, namun hatinya busuk,” ucapnya.

Saya menyadari dan tidak menyalahkan pendapat dari sahabat saya, karena dia berpendapat usai melihat banyaknya video mesum yang pemainnya memakai jilbab.

Kemudian, saya tegaskan kepada sahabat saya. “Tidak semua pendapatmu itu benar, juga tidak salah kamu berpendapat,” kataku.

Namun, kamu harus bisa melihat dengan jeli, bahwasanya Jilbab itu hanya sebuah istilah. Wanita yang berjilbab merupakan wanita yang secara keseluruhan memakai identitas muslim. Baik pakaian, atau sikapnya. Jadi, jilbab itu bukan yang menutupi kepala saja, melainkan menutupi seluruh aurat yang ada pada si pemakai.

Dan yang paling penting, wanita yang berkerudung atau memakai penutup kepala belum tentu bisa dinamakan berjilbab. Bisa dikatakan, secara nyata dia terlihat bukan berjilbab melainkan hanya memakai penutup kepala atau istilahnya kerudung.

Saya hanya menegaskan kepada sahabat saya, bahwa berjilbab berbeda dengan berkerudung. “Berjilbab pasti berkerudung, tapi berkerudung belum tentu berjilbab..(by:mlk)

0 komentar:

Posting Komentar