RSS Feed

Kampung Lampion Kota Malang, Serasa Berimlek Setiap Hari

Posted by Maliq Abd foto

Siang itu, tangan-tangan kreatif pemuda kampung Juanda, Kota Malang, Jawa Timur,mulai terlihat sibuk sejak pagi hari. Mulai dari memutar rotan hingga membentuk pola bulat serta mengukur kertas supaya sesuai dengan bentuk bulatan rotan yang telah dibuat.

Pemuda lainnya terlihat sibuk mengecat selembar kertas putih dengan warna merah, dan ada juga yang mengeringkan lem yang sudah menempel di kertas merah lalu ditempelkan di tepi rotan berbentuk bulat tersebut.

Setelah jadi, mereka memajang sebuah karya tersebut di atap-atap rumah penduduk, sehingga atap rumah penduduk di kampung tersebut dipenuhi karya kreatif asli anak negeri.



Kegiatan sejumlah pemuda kampung itu adalah membuat lampion yang biasa digunakan untuk memeriahkan perayaan Lebaran China yakni Imlek yang yang tahun ini jatuh pada 14 Februari.



Lampion adalah sebuah hiasan lampu yang biasa digunakan orang China untuk kegiatan ritual keagamaan. Namun, jangan disangka kegiatan pemuda Kampung Juanda tadi adalah untuk merayakan Lebaran Imlek pula.

Kegiatan itu hanyalah untuk memenuhi pemesanan lampion yang semakin meningkat sejak awal Januari lalu terkait Hari Raya Raya Imlek.
 

Pesanan itu, datang dari berbagai daerah seperti Surabaya, Jakarta, Aceh, Palembang, Ambon hingga luar negeri, Kanada.
 "Kami biasanya mengerjakan lampion sehari 100 unit, namun dengan datangnya Lebaran Imlek, sejak tanggal awal Januari lalu kami mendapatkan order pesanan lebih dari 5.000 unit, sehingga kami kewalahan. Jadi, kami dibantu oleh sejumlah pemuda kampung," kata salah satu perajin lampion, Ahmad Said yang menggeluti bisnis ini sejak tahun 1994.

Banyaknya pemuda kampung yang mengerjakan kerajinan lampion ini membuat kampung ini dijuluki juga sebagai "Kampung Lampion". Jangan terlalu heran ketika memasuki kampung ini akan terasa sekali suasana Imlek.

"Kampung ini terkenal dengan kampung lampion, sehingga meski kami tidak merayakan Imlek, tapi mayoritas warga kampung memasang lampion-lampion di atap rumahnya, sehingga suasananya seperti kita sedang merayakan Imlek," papar Ahmad.

Ia menjelaskan, lampion yang dipasang di atap rumah warga itu bertujuan supaya lem yang masih melekat di kertas merah dan rotan bisa cepat mengering.

Usaha kerajinan ini, bukan hanya ada untuk memenuhi pemesanan saat menjelang Imlek saja, namun setiap hari selalu ada pemuda kampung yang mengerjakan pemesanan dari berbagai daerah.

"Kami memulai usaha kerajinan lampion sejak tahun 2004, hanya saja akan semakin ramai ketika memasuki Hari Raya Imlek, sebab order pesanan terus berdatangan," tututnya.

Ahmad menambahkan, pesanan tersebut bukan hanya datang dari warga keturunan China yang akan merayakan Imlek, melainkan dari pemilik mal, pusat perbelanjaan serta sejumlah hotel berbintang.

Tujuannya, hanya untuk menghiasi tempat hiburan tersebut. "Kebanyakan yang pesan adalah pemilik mal dan hotel di kota-kota besar, seperti Surabaya, Jakarta dan Bandung. Mereka memesan untuk menyambut Imlek," ucapnya.

Dengan berwirausaha kerajinan lampion ini, Ahmad bisa meraup keuntungan hingga Rp45 juta pada setiap order atau pemesanan. Tentu keuntungan tersebut dibagi dengan sejumlah pemuda kampung lainnya yang ikut membantu mengerjakan lampion.

"Ya, cukuplah Mas! sekitar Rp45 juta apabila ada pesanan secara besar-besaran seperti jelang Imlek saat ini," ujar Ahmad yang mengaku sebagai pelopor usaha kerajinan lampion di Kampung Juanda.

Selain Ahmad, juga terdapat perajin lampion lain di kampung ini yang berprofesi sama seperti dirinya, sehingga sebutan "Kampung Lampion" yang melekat ke kampung ini sangat beralasan.

Terkenalnya Jln. Juanda, Kota Malang sebagai kampung lampion juga membuat sejumlah pemesan lampion dari berbagai daerah lebih percaya memilih tempat ini daripada di tempat lain. Apalagi, setiap pemesan bisa membuat bentuk sesuai dengan interior hotel atau mal yang akan diingkan.



"Kami menawarkan berbagai bentuk sesuai katalog/sitemap yang ada, namun kami juga bisa memenuhi sesuai keinginan pemesan, ucap Ahmad yang sehari-hari masih sibuk mencari bentuk lampion terbaru.

Ia menjelaskan, lampion hasil kreativitas pemuda kampung di Jalan Juanda ini merupakan yang paling murah dibanding dengan lampion yang asli berasal dari China.

Ia mencontohkan, lampion dari China harga yang ditawarkan sekitar Rp150-175 ribu per unit, sementara untuk lampion produk Ahmad dijual dengan berbagai harga yang cukup terjangkau. Seperti lampion berdiameter 25 (seukuran bola voli) dengan bahan kertas, Ahmad hanya memasang tarif Rp15 ribu per unit, sementara bahan dari kain Rp17.500 per unit.

Untuk lampion lebih besar dengan diameter 30, Ahmad memasang tarif Rp20 ribu untuk bahan kerta, dan bahan kain Rp25 ribu. "Kami juga melayani pesanan per unit tanpa harus menunggu borongan," katanya menegaskan.

Kebebasan memesan ini membuat order yang datang tak pernah berhenti, hal ini berbeda dengan penjual lampion yang berasal dari China, sebab mereka akan melayani pembeli atau pemesan yang bersifat "borongan".

Rekor MURI



Lampion karya "Kampung Lampion" ini merupakan satu-satunya yang ada di Jawa Timur, dan dikerjakan oleh tangan-tangan terampil pemuda Jalan Juanda.
"Lampion di sini menyediakan segala jenis lampion untuk 'wedding party', 'party garden;, dekorasi kafe, restoran, hotel, spa, pesta pernikahan, dekorasi panggung hiburan, tempat wisata, hiasan pada mal, serta kegiatan religius. Bahkan, kami juga menjual lampion yang digunakan menghias kamar pribadi," ucap Ahmad berpromosi.

Menurut dia, awal sebutan "Kampung Lampion" yakni ketika kampung ini selama tiga tahun secara berturut-turut menjuarai kontes Lampion Nasional yang diikuti berbagai daerah, dan dilaksanakan di Kota Malang, yakni pada tahun 2007, 2008 dan 2009.

Julukan tersebut semakin dimantapkan dengan kesepakatan perajin lainnya di daerah tersebut, untuk membuat lampion terbesar di Indonesia yang pernah dicatatkan di Museum Rekor Indonesia (MURI).

"Lampion kami tercatat sebagai lampion raksasa kategori lampion bulat terbesar di Indonesia dengan ukuran tiga meter yang di pampang di Pakuwon Trade Center (PTC) Kota Surabaya, Jawa Timur, tahun 2009," katanya mengungkapkan.

Ahmad berharap, kerajinan lampion yang sudah dirintisnya sejak 2004 di Kampung Juanda itu, bisa terus ada untuk menampung kreativitas sejumlah pemuda di kawasan tersebut.

Sementara, ia juga berharap pemuda di daerah lain supaya bisa kreatif membuka industri kecil, sebab secara langsung bermanfaat mengurangi angka pengangguran di sejumlah daerah.


"Sebetulnya usaha ini awalnya merupakan usaha kecil-kecilan, namun semakin berkembang dan banyak di kenal di berbagai tempat," paparnya.

1 komentar:

  1. Anonim

    Kalo lampion yg bentuknya kartun seperti yg di BNS itu pesannya dimana ya......
    makasih

Posting Komentar