Ingin merengkuh keindahan Pelabuhan Babo dan alam Teluk Bintuni, Papua Barat ?
Maka, anda harus berani merogoh kocek yang cukup besar, sebab kehidupan di kabupaten yang tergolong muda ini, tingkat ekonominya cukup tinggi, meski sebagian penduduknya miskin.
Bayangkan saja, uang recehan lima ratus dianggap tidak ada, meski anda mempunyai uang tersebut sangat banyak jangan harap akan laku di tempat ini, penduduknya pun tidak akan mau menerimanya.
Nominal terkecil adalah seribu rupiah.
Jika ingin berkunjung ke tempat ini, sangat sulit ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.
Ada dua alternative ke daerah ini, yakni melalui jalan laut (kapal laut) atau udara (pesawat berukuran kecil).
Sementara, jika berangkat dari Surabaya anda harus merogoh kocek sebesar Rp 3 jutaan, kemudian transit terlebih dahulu di Bandara Sultan Hasanudi Makasar, lalu lanjut lagi ke Bandar Udara Sorong Papua.
Sementara, jika berangkat dari Surabaya anda harus merogoh kocek sebesar Rp 3 jutaan, kemudian transit terlebih dahulu di Bandara Sultan Hasanudi Makasar, lalu lanjut lagi ke Bandar Udara Sorong Papua.
Total lama perjalananan sekitar 3 jam.
Dari Kabupaten Sorong, untuk menuju Kabupaten Bintuni maka memerlukan kendaraan peswat lagi dan merogoh kocek sekitar Rp 1 jutaan, ditempuh sekitar 2 jam.
Dari Kabupaten Sorong, untuk menuju Kabupaten Bintuni maka memerlukan kendaraan peswat lagi dan merogoh kocek sekitar Rp 1 jutaan, ditempuh sekitar 2 jam.
Sementara, jika dengan transportasi laut, maka cukup mengeluarkan biaya Rp 500 ribu, dengan waktu tempuh sehari semalam.
Cuaca di daerah ini, memang tidak menentu, tiba-tuba hujan dan panas.
Cuaca di daerah ini, memang tidak menentu, tiba-tuba hujan dan panas.
Meski demikian, alam di daerah ini cukup bersahabat.
Matahari yang terbit, semilir anginnya, membuat mata anda tidak ingin tertidur tuk menikmati keindahan alamnya.
Setelah sampai di tujuan, jangan heran dengan harga-harga bahan pokok yang cukup tinggi.
Setelah sampai di tujuan, jangan heran dengan harga-harga bahan pokok yang cukup tinggi.
Tidak ada lagi pengemis, karena masyarakatnya selalu sibuk dengan berbagai aktivitasnya.
Dalam kesempatan tersebut, saya hanya bisa berkata
"Terbesit di hati, tentang keragaman warna-Nya yang sungguh nyata didepan mata
Sungguh Indah CiptaaNya… (mlk)
0 komentar:
Posting Komentar